Tugas!!! blabblab...

taaraaaa.....
kembali lagi bersama saya.. :)) (ada-ada saya saya ini). Mau mencoret kembali nich blog saya. yang baca siap2 saja kena coretan hitam putih dari saya. :-t
Sekarang saya mencoret tentang tugasku dikelas, masih tentang Perpustakaan (Penelusuran informasi). saya disini cuma ingin bercerita saya.
mau tau selengkapnya klik baca selengkapnya :P



saya dapat tugas disuruh mencari 4 artikel kalo gak salah yaitu

  1. KICK ANDY VS DEWI MOTIK
  2. WANITA BERKALUNG SORBAN
  3. KOMODO
  4. ROY SURYO
Nich kata Pak ini kita disuruh menganalisis. mmm... 8-{ .

saya kopas dari blognya siapa aku lupa soalnya saya udah saya sedot ke MSword jadinya lupa siapa yang sedot.. :D (mobil tinja kali)

Yang ini tentang si Roy sarno yang selalu membuat polemik dunia maya :))


Yeah, Roy Suryo... kebohongannya di bidang telematika memang layak diacungi jempol setelah gue cukup kesel pas dia bilang kalo blogger itu kebanyakan adalah pembohong dan disama-samakan dengan hacker, makin kesel lagi karena dia adalah orang yang bilang kalau blogger itu : Blog sifatnya hanya tren sesaat Blog tidak bertanggung jawab Blogger itu tukang tipu wah, gimana nih kawan-kawanku para blogger? sakit hati ga? haha oia,mau ketawa bentaran hahahahaha, jadi inget si deddy corbuzier ngamuk-ngamuk gara-gara trik sulapnya dibongkar dengan cara teknologinya roysur ,tapi si deddy ga trima. haha. bikin perang aje,nih. akhirnya gue browsing sana-sini.. gue mau mix repost ya,gan.. gue ambil dari sini, sini, disini juga silahkan simak,gan... PREVIEW Roy Suryo adalah orang awam yang menganggap dirinya sebagai pakar telematika. Nama lengkap berikut gelarnya adalah KRMT Roy Suryo Notodiprojo. Roy Suryo bisa menjadi terkenal karena kemampuannya menetek pada kebodohan segelintir wartawan di Indonesia yang malas melakukan cross check berita ke pakar yang sesungguhnya GAYA KHAS dalam membodohi publik, roy suryo biasanya menggunakan kata kata berikut : * Metadata = Pemalsuan metadata artinya mengganti beberapa bagian dari isi pesan tersebut. Bener gag ne? * 68% = 68% berasal dari pernyataan Roy Suryo bahwa dari seluruh anggota Friendster, 68%-nya adalah Palesu. Dan tentunya angka 68% ini berasal dari estimasi yang tidak berdasar. Angka 68% adalah angka mistis paling populer dari Roy Suryo, tetapi selain 68%, ybs pernah mengeluarkan angka-angka mistis lain seperti 88%, 48% dan 28%. * Trend Sesaat = Percayalah pada Roy Suryo, satu-satunya Pakar Telematika di INDONESIA bahwa Blog adalah Trend Sesaat™ * Tidak kompeten = dan merasa dirinya paling kompeten * Katarsis * Karakter Asinan = merupakan plesetan dari "Character Assassination", sebuah istilah yang sering dilontarkan Roy Suryo terhadap tokoh-tokoh protagonis. * Norak = karena roy suryolah yang paling tidak norak * Mendambakan Sesuatu Seperti Sediakala = pernyataan yang dilontarkan ketika dia menemukan lagu indonesia raya versi zaman penjajahan diserver milik belanda * Kemane Aje Lu = khas sang ruy suryo * Saya yakin bahwa itu palsu = karena roy suryolah pakar telematika yang terbaik * Ke mana-mana ROY SURYO selalu ditemani benda pusaka: tiga handphone, sebuah handy talkie, dan laptop. Itu belum apa-apa. Delapan parabola dan sepuluh televisi ngendon di rumahnya—beberapa rakitan sendiri. Menurut dia, letak Indonesia di garis katulistiwa kerap dilewati berbagai satelit, "Bodoh kalau kita tak memanfaatkannya untuk gratisan," tuturnya sambil terbahak. Kesepuluh televisi itu ada di berbagai sudut rumahnya, termasuk di kamar mandi. Dan itulah tempat favoritnya membaca buku, atau mandi sambil nonton televisi. * Cara tidurnya tidak biasa: tidur di atas jam tiga dini hari dan bangun pukul 05.00. Kesempatan lain untuk tidur di taksi atau pesawat. "Bukan waktu tapi kualitasnya," komentarnya soal tidurnya. * perkataannya halus diawal * tiba-tiba "meledak" walaupun disamarkan dalam kata2nya yg tetap halus * dalam kalimatnya selalu ada narsisme * selalu menyebut orang2 terkenal dlm commentnya * bersandiwara seakan-akan ia hanya teman/kenalan RS walaupun dalam kenyataan tulisannya ia sangat memahami "who is" * sering mengatakan "telah melakukan pengajian teknologi" dalam membuktikan suatu masalah EJEKAN sindiran yang manis buat roy surryo oleh beberapa komunitas : * Kampret, ini adalah cara paling umum untuk menyebut gelar kebangsawanan KRMT * Kermit, cara lain untuk menyebut gelar KRMT * You Know Who * Kutu KRMT * KRMT = Keren Rapi Manis Terdidik * Sang Pakar * Pelawak Digital * Pakar Pornomatika, karena kecenderungannya untuk melibatkan diri dalam berbagai kasus foto panas, seperti misalnya Bjah, Artika Sari Devi dlls. * Sang Pembina, karena upayanya membina Priyadi dan Herman Saksono * GildeRoy karena mirip dengan karakter Gilderoy Lockhart di Film Harry Potter * Sang Tebar Pesona, karena seringnya tebar pesona bila ada sesuatu tentang telematika indonesia the most hate man in maya world g gak salah lagi roy suryo adalah orang yg sangat dibenci oleh user dari dunia online bahkan dari semua perguruan IT karena pertama dia terlalu bodoh dalam hal dunia IT kedua g bingung pemerintah merekrut dia ketiga masih banyak lulusan IT yg lbh pintar dibanding dia loh keempat semua hal yg dibicarakan telah menyesatkan dalam memberikan informasi yg benar karena informasi yg dia berikan sudah bs dibilang basi loh kelima websitenya sering dihack karena banyak orang membencinya loh hal hal konyol ketika presentasi hal² KONYOL yang ada di presentasi "you-know-who" : 1. Baru kali ini saya dateng ke seminar "IT / telematika" yang pembicaranya ngga ngasih tau pendidikannya dalam CV. si Roy cuma ngasih tau pekerjaan2nya aja. kayanya buat menyembunyikan fakta klo dia ga punya pendidikan formal / informal tentang IT 2. Bahkan dalam slide-slide awalnya, Roy suryo menggambarkan klo lanjutan 2G adalah java. padahal java kan bahasa pemograman? 3. si Roy ngakunya sebagai "Supervisor Website kepresidenan". Pas ditanya situs pribadinya, dia bilang ga ada, dulu ada tapi sekarang ga aktif. Bisa-bisanya dia jadi "Supervisor Website kepresidenan", website sendiri aja ga ada 4. Dia bilang klo metadata foto ga bisa diedit dan bisa dijadikan bukti keaslian foto digital. pas ditanya kenapa metadata bisa diedit pake ACD See, dia malah ngeles "kan ada software buat tau metadatanya udah diedit atau belum". Ga nyambung dan jelas2 berlainan statement si Roy itu 5. Setengah waktu seminarnya cuma abis buat nyeritain tas nya yang ilang dibandara pas naek adam air. Ga penting banget 6. Waktu diakhir acara dia tunjukin atap rumahnya yang penuh parabola. WTF *untungnya, di sertifikat seminarnya ngga ada nama dia sebagai pembicara. padahal biasanya di sertifikat seminar selalu ditulis nama pembicara baru terungkap di beberapa mailing list dan forum IT mengenai sipa roy suryo sebenarnya: Dia BUKAN dosen UGM, yang benar adalah pengajar tamu di Program D-3 Komunikasi UGM, mengajar Fotografi (itu pun saya duga hanya bbrp semester saja, skrg saya cek ke sana sdh tidak dipasang ngajar lagi). Terminologi dosen tamu ini sangat umum di UGM, terutama di program D-3. Status kepegawaian KRMTRSN adalah PND/dosen di Institut Seni Indonesia Jurusan Seni Media Rekam, para koleganya di sana sudah menganggap dia "tidak ada" karena dia sangat tidak aktif di ISI. Bahkan dalam banyak publikasi ia seakan-akan "menyembunyikan" statusnya sebagai dosen ISI. Sewaktu ramai-ramainya orang menyoal masalah Y2K dulu, ia pernah diminta oleh Bank BPD Yogyakarta untuk membenahi TI di sana, hasilnya nol-besar. Berbeda dengan komentarnya di media, saat terjun langsung di lapangan hasilnya nol besar. Bila sedang menjadi pembicara seminar, dia paling sering minta soft copy kepada pembicara lain, untuk "dijual" ke seminar yang lain. Untuk itu, kepada para pakar yang kebetulan satu sesi dengan dia, jangan sekali-sekali memberikan soft copy materi presentasi Anda kepada dia, kalau tidak mau kecolongan. Di komunitas fotografer amatir Jogja (HISFA) ia sudah tidak dianggap lagi, bahkan sudah terlalu sering diumpat para anggotanya karena ucapannya di media yang sering kebablasan. Teman-teman sering menggunjingkan dia sebagai orang yang "menyibukkan diri", ia orang yang sangat hiperaktif mengirim press release, maklumlah karena tidak ada kesibukan lain. Katanya: bagi Roy membuat press release yang sensasional lebih mudah daripada membuat anak, hehehehe. Ia sudah menikah hampir 10 tahun, tetapi belum punya anak juga Selama ini ia selalu bilang "sedang dalam proses mengaktifkan kembali account email [email UGM]". Saya berani taruhan, sampai kapan pun account email itu tidak pernah bisa aktif lagi. Kira2 tahun 1991-an, Tim IT PAU UGM membangun PUSKOM UGM. Waktu itu orang yang melek internet masih sangat terbatas, maka dicarilah mahasiswa atau alumni yang punya perhatian besar memajukan internet di UGM (saya ingat persis waktu itu masih era Trumpet Winshock, dan software2 kuno yang lain). Salah satu yang diundang adalah roy suryo itu. Waktu itu para aktivis diberikan account email dengan domain ugm.ac.id. Nah, karena itu orang yang memiliki account ugm.ac.id tidak identik dengan "orang dalam" di UGM. Siapapun (asal aktivis) waktu itu bisa dibuatkan account email. Beberapa waktu kemudian, setelah Puskom UGM dikepalai oleh Dr. Ahmad Djunaidi, beliau mengambil kebijakan bahwa hanya "orang dalam" saja yang berhak menggunakan email ugm.ac.id., selain itu, bagi orang yang unit kerjanya di ugm sudah punya sub domain, maka account harus menyesuaikan. Akibat dari policy ini sangat jelas, bahwa orang-orang di luar UGM tidak lagi diperbolehkan menggunakan alamat email UGM, terang saja pembersihan inilah yang menggusur roy suryo dari account ugm.ac.id. Menurut Pak Djunaidi, selama ini ada indikasi penggunaan email UGM untuk hal yang tidak tepat, dimana banyak terjadi penyalahgunaan, maka dilakukan penertiban. UGM sering mendapat komplain, pertanyaan, klarifikasi, atau apapun tentang seseorang yang menggunakan nama besar UGM untuk tujuan2 tertentu. Roy suryo memang pernah mendaftarkan diri untuk menjadi dosen Fisipol UGM. Kejadian ini kira-kira tahun 1991. Waktu itu Rektor UGM adalah Prof. Moch. Adnan, dan Dekan Fisipol (kalau tidak salah) masih Prof. Ichlasul Amal. Menurut teman-teman saya di Fisipol, salah satu kegagalan roy suryo adalah karena indeks prestasi (IP) yang tidak memenuhi syarat untuk jadi dosen UGM. Ini faktual !! Dalam rangka memenuhi keinginan menjadi PNS, maka mendaftarlah ia menjadi PNS di ISI yang waktu itu baru saja membuka program studi Seni Media Rekam. Masuklah ia ke sana. Salah satu topik yang sedang hangat adalah kasus foto telanjang nude Artika Sari Devi. Jika berhubungan dengan foto-foto syur, maka tentunya yang pertama maju adalah sang pakar gadungan Roy Suryo. Seperti biasa, ucapannya tidak bisa dipegang (selalu berubah-ubah) seperti beberapa cuplikan wawancara yang berbeda dalam pembahasan foto Artika: * Menyatakan bahwa foto Artika adalah asli: "Saya bisa pastikan foto itu asli. Sebaiknya Artika tidak menyangkal hal ini". "Foto itu saya jamin foto Artika asli, tetapi tidak diambil pada acara Miss Universe". * Menyatakan bahwa foto Artika adalah tidak asli: "Dari awal, saya sudah yakin foto itu tidak asli". "Foto itu memang bukan foto Artika, tetapi ada oknum yang menempelkan wajah Artika ke foto tersebut". "Foto itu memang bukan foto Artika, tetapi ada foto lain yang beredar dengan foto Artika ditempelkan secara berjajaran dengan foto tersebut". "Mestinya Artika tau kalo itu dari event lain di Thailand yang diadakan satu bulan sebelumnya". Sungguh menyebalkan melihat seseorang menumpang ketenaran di atas penderitaan Artika, apalagi cuma asal omong tanpa bukti yang jelas . Roy suryo pernah mengatakan dalam suatu seminar gratis di kampus … kalau metadata foto tidak bisa diedit dan bisa dijadikan bukti keaslian foto digital. Saat ditanya oleh salah seorang mahasiswa kenapa metadata bisa diedit dengan software pengolah gambar ACD See, dia menghindar dengan mengatakan "kan ada software buat tau metadatanya udah diedit atau belum … ". Padahal tidak ada satupun software untuk mendeteksi apakah Metadata sebuah foto pernah diedit atau tidak. Sulit dimengerti dan jelas2 berlainan statement si Roy itu. Berikut debat Pak Onno W. Purbo Vs Hi Roy ! yang semakin memperjelas kebusukan roy dalam dunia IT TNP (Tabulasi Nasional Pemilu) memiliki semacam Newsletter yang tersedia setiap hari dan dibagikan gratis oleh TNP pada media, salah satu yang menarik di edisi terakhir ini adalah artikel pertamanya yang meliput dengar pendapat tentang sistem TI KPU, dengan pembicara Onno W. Purbo, Chusnul Mariyah (KPU), Basuki Suhardiman (KPU), Rahmat Zikri (KPU), Mahmur Suriadiredja (Telkom), dengan moderator Erwin Ramedhan (Kantor Menko Ekuin). Artikel berjudul Temu Dengar TI KPU: Onno W Purbo Pun Geram ini memuat bantahan dan serangan balik Onno Purbo pada so called pakar IT Roy Suryo. Roy Suryo seperti dikutip oleh media massa mengatakan ada sejumlah kejanggalan dalam tampilan data IT KPU. Bahkan, menurut dia, ada sejumlah data misterius yang nyelonong masuk ke komputer KPU. Onno W Purbo: Sori Roy, metodologimu itu salah dan datamu lemah. Roy Suryo sudah salah di tingkat metodologi. Roy mempersoalkan perubahan, padahal justru perubahan adalah esensi data komputer KPU. Mengawali komentarnya, Onno mengatakan pernyataan Roy Suryo tidak pada tempatnya. Roy membidik sasaran tembak yang salah. Data KPU adalah data yang terus berubah. Karena itu perubahan justru harus selalu terjadi. Kalau Roy mau mempersoalkan TI KPU, bandingkan data yang ada di komputer itu dengan data di setiap TPS. Roy Suryo yang merasa terdesak (kalah dalam ilmu) mulai menyerang dengan mempertanyakan Kang Onno, yang malam ini tampil tidak seperti Kang Onno yang dia kenal (tampaknya Roy heran mengapa Onno membela KPU) maka dengan suara menggelegar menggelegar Onno menjawab: "Saya berdiri di sini untuk membela 17 ribu anak anak saya! Saya telah mendidik mereka, dan mereka bekerja keras untuk pemilu ini. Saya tidak rela hasil kerja keras mereka dilecehkan!" Yang dibela Onno adalah para petugas data entry yang tersebar di sebagian besar kecamatan di negeri ini. Harus memasukkan data hasil pemilu ke dalam sistem komputer KPU, mereka adalah para siswa SMK, guru, mahasiswa. Mereka telah bekerja keras selama ini meng-input hasil pemilu dari setiap TPS di seluruh Indonesia. Sampai pagi ini, para petugas itu telah menginput lebih dari 103 juta suara dalam proses pemilihan presiden (Pilpres) putaran pertama ini. inget kejadian tahun lalu ga,kawan? pas situs depkominfo diacak-acak situsnya? huh. nih ada blog yang membahas soal tersebut... Situs Depkominfo diacak-acak ter-deface (berubah wajah) sepekan setelah disahkannya Undang-undang Transaksi dan Elektronik (ITE) Pelaku deface menayangkan foto cowok bertelanjang dada, wajahnya berupa pria berkumis dengan rambut poni panjang menutupi sebagian keningnya. Saya sendiri tidak tahu wajah aslinya karena hanya membaca beritanya di detikinet, mungkin yang dimaksud adalah Raden Mas Roy Suryo. Pesan yang ditinggalkan pelaku deface, “Selamat yeee pemerintah * suit suit * kami mengucapkan selamat atas disahkannya UU ITE dan pornografi. Dengan ini kami menyatakan dukungan sepenuhnya terhadap pemerintah. Buktikan UU iniBuktikan UU ini dibuat bukan untuk menutupi kebodohan pemerintah. cihuyyyyyyyyyyy…..” Roy Suryo menuding “Kelompok blogger dan hacker yang selalu bertindak negatif adalah pelakunya. Hal ini membuktikan, yang namanya blogger dan hacker Indonesia belum bisa mencerminkan citra positif.” We lha dalah… ngapain om Roy nyebut-nyebut blogger segala? Maksudnya apa blogger disandingkan dengan hacker? Entah mengapa Roy Suryo seperti menyimpan dendam dengan blogger. Roy Suryo yang selama ini dikenal di televisi sebagai pakar TeleMatika mungkin merasa terkucil di dunia maya yang seharusnya menjadi dunianya orang telematika. Sedikit sekali opini masyarakat internet yang positif terhadap Roy Suryo, sebagian besar pendapat masyarakat di internet bernada sinis mengenai pakar perlendiran yang satu ini. Roy Suryo sepanjang yang saya ketahui tidak memiliki website atau blog di internet, entah karena tidak bisa bikinnya atau takut diisi komentar-komentar negatif tentang dirinya. Roy Suryo selama ini memanfaatkan media televisi untuk menampilkan diri sebagai seorang pakar, ungkapan favoritnya adalah kontrol-A,kontrol-C,kontrol-V untuk menggambarkan mudahnya penyalinan suatu file komputer,suatu istilah yang membuat berdecak kagum masyarakat yang belum tahu komputer . Roy Suryo telah banyak mempublikasikan hasil penelitiannya terhadap gambar-gambar porno sehingga tidak heran jika Roy Suryo sering disebut pakar pornomatika sesuai spesialisasi kepakarannya menentukan gambar porno itu asli atau palsu. Dengan disahkannya UU ITE yang mencakup pelarangan pornografi, bisa dipastikan Roy Suryo bakal kehilangan salah satu kegiatannya memelototi meneliti gambar porno. Namun selain meneliti foto porno Roy Suryo juga pernah mengklaim menemukan video lagu Indonesia Raya 3 Stanza hasil copy-an dari komputer temannya, mungkin suatu saat nanti jika tidak ada lagi kerjaan om Roy akan mengungkap Lagu Kucing Garong 5 Stanza

Wah gimana penuh dengan kontroversial ya :D?? ,Dalam dunia Perkaskusan juga Roy suryo juga menjadi salah satu tokoh penghujatan. :))

Selanjutnya

Kalo yang ini tentang KICK ANDY, yah ini sebenarnya merupakan salah satu acara favoritku
Nich berita polemiknya...



“Kami Tak Sudi Diperintah Untuk bertepuk Tangan Atas Bencana Yang Kami Tangisi”.
Malam ini, Rabu 19 Januari 2011 saya mendapat pembelajaran hidup yang luar biasa hebat. Peristiwa yang menjadi guru nan bijak bestari, dan tak mungkin akan terlupakan.

Sejak tadi SMS, dering telepon di HP dan rumah beberapa kali berbunyi menanyakan keadaan saya setelah diusir Andi F Noya dari Metro TV, dalam tapping acara Kick Andy (KA) tadi.

Lalu terpikirlah kini, ketimbang saya harus menceritakan kejadian yang sama berulang-ulang, mending saya tulis saja mumpung peristiwanya masih segar dalam ingatan.
“Hah, mama diusir ? seriuuuuus ?” tanya anak-anak tak percaya.
“Hehehe ga apa-apa diusir, asal setelah itu orang-orang menyadari, dan menjadi lebih sensitif, mengapa kita mau diperintah, harus bertepuk tangan untuk bencana yang kita tangisi?”. Saya berusaha cengengesan.

Hmmm…Ceritanya berawal ketika hari minggu siang 16 Januari 2011, pejuang anak dan ketahanan keluarga psikolog Elly Risman, mengirim pesan singkat kepada Ibu Inke Maris (praktisi media, Ibu Wirianingsih (mantan ketua PP Salimah, Ibu Masnah Sari(Mantan Ketua KPAI, Shakina( Direktur Lembaga Manajemen Pendidikan Indonesia) dan saya sebagai pengurus ASA Indonesia, agar kami berkenan datang ke Metro TV, Rabu untuk mensupport Ibu Elly yang diundang sebagai nara sumber dalam acara “KA”. Pada awalnya saya sudah mengatakan tak bisa hadir karena sudah ada agenda rapat. Namun karena Bu Inke Maris tiba-tiba kecelakaan, maka bu Elly lagi-lagi meminta saya untuk berkenan hadir, paling tidak memperlihatkan kekompakan kita.

Waktu itu kami semua berfikir dan membayangkan Ibu Elly Risman pimpinan Yayasan Kita dan Buah Hati, sahabat seperjuangan kami dalam mendirikan organisasi perlindungan anak ASA INDONESIA, akan dihadirkan sebagai tokoh pejuang anak dan perempuan, yang menginspirasi banyak orang dan layak jadi teladan, sebagaimana “Pahlawan di jalan sunyi” lain yang sebelumnya kerap dihadirkan di KA.

Meski kami sudah mengusahakan hadir 30 menit sebelum tapping jam 17.00 seperti yang dijadwalkan, ternyata acara molor 2 jam lebih, toh undangan berusaha ikhlas demi mensupport pejuang sekaliber Ibu Elly. Saya juga melihat begitu banyak petinggi dari berbagai organisasi termasuk institusi/lembaga negara seperti Depkes, Menkokesra, Menpora, dan lain-lain. (Semua tokoh yang saya tanyakan mengaku hadir untuk mensupport Ibu Elly, bukan atas undangan pihak Metro TV). Tentu mereka mengorban waktu mereka yang demikian berharga.

Sebelum acara dimulai, seperti biasa, floor manager ( tak taulah kalau di KA istilahnya apa) memberikan pengarahan yang antara lain, harus bertepuk tangan dengan antusias kalau dia mengaba-aba, mengawali tepuk tangan.

Sessi pertama Andi Noya menghadirkan seorang gadis remaja yang sejak usia 16 tahun sudah terbiasa melakukan seks bebas dan kini menjadi PSK. Kawan-kawan dari berbagai organisasi wanita di samping dan belakang saya mulai berbisik-bisik dan mengungkapkan kekecewaan, kenapa Andy justru mengeksplor masalah ke”terjerumusannya”, bukan alert tentang bahaya seks bebas dan pornografi. Banyak ungkapan-ungkapan miris si gadis justru ditanggapi dengan joke oleh Andi yang memberi kesan seolah membenarkan kebiasaan buruk si gadis. Misalnya Andy bertanya “Apakah bunga ( nama samaran si gadis) memilih-milih orang yang menerima jasanya(yang disebutnya sebagai klien). Lalu si gadis menggeleng. Terus Andy mencecar terus, jadi ga apa-apa kalau yang datang tipe begini, begitu…termasuk…”Jadi orang kribo juga boleh?”, tanyanya nakal sambil ngakak menunjukkan ke ‘kriboan’nya.(Meski hanya gurauan, tapi ga kebayang bagaimana perasaan anak , istri dan mertua Andy menonton acara ini )

Dan banyak lagi joke-joke yang sangat tidak pantas dilontarkan jika kita memang MEMPRIHATINKAN masalah tersebut.

Yang lebih mengecewakan, Ibu Elly Risman yang diundang sebagai nara sumber, ternyata hanya didudukkan di kursi audience, lalu ditanya singkat, tanpa mempertajam “MATERI”, yang menyangkut peringatan atas sesuatu yang selama ini selalu disebut bu Elly sebagai “Bencana Kemanusiaan” . Ibu Elly tak lebih hanya dijadikan sebagai “Asesoris” , pelengkap dan pemanis suatu acara…..dan sebagai alasan untuk suatu show yang seimbang karena menghadirkan pakar.

Sampai selesai wawancara dengan PSK remaja perempuan tadi, tak sekalipun Andy menanyakan dampak atau mudharat yang diterima si anak. Semua pertanyaan-pertanyaan hanya memancing jawaban yang seolah-olah memberikan pesan “Bahwa seks bebas adalah sesuatu yang lumrah bagi remaja, dan BETAPA MUDAHNYA MENCARI UANG DENGAN MENJUAL DIRI”. Yang lebih miris, Andy memancing apa benar si gadis juga dipakai pejabat penting ? Lalu tertawa-tawa ketika si gadis mengiyakan sembari menyebut-nyebut pelanggannya dari berbagai lembaga terhormat negara seperti DPR dan BIN. ( Kata-kata itu, lalu diulang-ulang dan diperdalam dalam canda tawa). Yang lebih konyol, ketika Andi memancing lagi, bagaimana bisa tahu bahwa mereka dari lembaga itu? Dan si”Bunga” menjawab “Dari kartu anggota “. Agaknya memang dalam segala situasi dan program, sudah menjadi rahasia umum, Metro TV senantiasa teramat BERSEMANGAT, mencoreng wibawa pemerintah. Dan kebencian kepada pemerintah itu rupanya harus dipupuk dan diekspresikan di setiap tayangan.(Pas bagian ini baru saya tertawa walau kecut, menertawakan diri sendiri, atas keluguan mencerna sesuatu yang mengabaikan akal sehat, duh apakah masuk akal, bila seseorang akan melakukan perbuatan maksiat lalu menyorongkan kartu identitas dulu? )

Babak demi babak berlalu tanpa ada penekanan bahwa ini adalah sesuatu yang harus diprihatinkan, maka diundang pula nara sumber kedua, seorang PSK laki-laki berusia 19 tahun. Andy kian berani dengan canda vulgarnya, dan berusaha terus mengilik si remaja untuk blak-blakan menceritakan kisahnya sebagai PSK laki-laki dan gigolo dengan pasar 40 % perempuan dan 60% laki-laki ( Tapi versi narator di film pendek yang diputar 70% pelanggannya adalah laki-laki).

Andi dengan leluasa mengekspresikan ke’kagumannya’ atas “bualan” si anak yang katanya biasa dibayar 2-15 juta perorang, dan sehari ia biasa melayani sekitar 3 orang. Tragisnya lagi, cerita MENGERIKAN yang diungkapkan si anak yang merupakan berita duka untuk bangsa ini, justru harus diberi applause saban si nara sumber selesai mengobral kisah yang itu kian seru dan kian seru.

Andi tak malu-malu mengumbar canda bahwa ia ngiri dengan gigolo bau kencur ini, dan ini adalah sesuatu yang ia juga impikan di masa muda, di saat masuk dalam obrolan bagaimana mereka ‘main dalam mobil dengan beberapa orang gadis. Sungguh-sungguh ini lawakan yang menjijikkan, dan sangat melukai perasaan kita sebagai orang tua, dan tentunya melukai perasaan orang-orang beragama dan BERADAB.

Saya benar-benar gelisah di antara tawa gaduh ratusan mahasiswa dan anak muda yang diundang hadir, sembari sesekali menatap kawan-kawan, termasuk bu Elly yang juga tak dapat menyembunyikan kegelisahan beliau. Saat BREAK, ketua Kowani Ibu Dewi Motik mengingatkan Andy, bahwa sangat tak layak meminta orang bertepuk tangan untuk sesuatu yang memprihatinkan. Berulang-ulang beliau mengatakan merasa didzalimi. Saya juga meminta Andy untuk lebih memberi ruang kepada bu Elly sebagai peringatan kepada masyarakat, terutama anak-anak, agar tidak melakukan kesalahan yang sama. (Saya malahan berharap kehadiran kawan-kawan aktifis yang juga berprofesi sebagai dokter spesialis penyakit kelamin dapat dijadikan sebagai info tambahan, bagaimana situasi dan data-data mengerikan di balik ruang prakteknya ).

Ekspektasi saya waktu itu, sebagai host yang bijak, Andy akan meminta masukan dari para pakar yang banyak hadir, bagaimana baiknya ending acara ini agar tidak disalah pahami, dan pesan yang disampaikan membawa manfaat untuk masyarakat, terutama anak mudanya agar jangan sekali-sekali meniru dan mengulangi kesalahan yang sama.

Duh….Alih-alih meminta saran, rasanya sungguh tak percaya, Andy terkenal dengan citranya yang ‘baik’ malah mengusir saya dari ruangan. Waktu Ibu Dewi Motik meninggalkan ruangan sembari mengucapkan kata-kata yang kurang lebih seperti ini…. “Maaf Andy, saya terpaksa meninggalkan ruangan ini, karena saya dizalimi. Saya pikir yang jadi nara sumber Ibu Elly, tapi ternyata anda memaksa kami untuk bertepuk tangan di tengah cerita yang menyedihkan dari anak-anak PSK ini “. Saya lihat Andy Noya dengan wajah tegang mempersilakan bu Dewi Motik yang memang sudah berjalan pergi, untuk meninggalkan ruangan. Lalu sutradara mengingatkan “Lihatlah acara ini dengan utuh”. Ibu Elly Risman juga berusaha menenangkan dengan mengatakan bahwa nanti di babak akhir acara beliau akan mengingatkan masyarakat.

Biar ruangan tidak semakin gaduh, saya mencoba menyabarkan diri dengan bilang “Ya sudah kalau begitu, saya tetap akan di sini, dan berharap semoga acara berjalan seperti yang dijanjikan”

Tak dinyana tak diduga, eh Andy dengan kasar justru berulang-ulang bilang “Ibu juga ….Ibu harus pergi dari sini, kan ibu sudah tak tahan kan…ibu harus pergi…Ibu harus pergi !!”

Otomatis sayapun mengikuti langkah Dewi Motik, disusul 2 orang petinggi Kowani lainnya, setelah memohon pamit kepada Ibu Elly Risman dan mensupport agar beliau tidak lupa menyampai pesan, betapa bahayanya pornografi dan seks bebas.(Jujur saat itu saya menangis dalam hati, memohon ampun sama Allah jika saya pernah melakukan kedzaliman kepada orang lain…dan beginilah rasanya menjadi pecundang hina dina)

sumber



















Tanggapan ANDY F.NOYA atas 'PENGUSIRAN' Penonton di KICK ANDY

kick andySeorang penonton di acara rekaman KA menulis di blognya bahwa saya “mengusir” yang bersangkutan dari studio. Dalam tulisannya, penonton tersebut lalu menghakimi saya dengan sederet “dosa” yang saya perbuat pada saat itu. Termasuk penilaian atas pribadi saya.

Pada mulanya, saya enggan menanggapi dan juga meminta teman-teman di tim KA untuk tidak memberi tanggapan. Namun melihat perkembangan yang ada, maka ijinkanlah saya menjelaskan duduk perkara versi saya agar Anda mendapatkan gambaran yang lebih utuh atas insiden tersebut.

PERTAMA, dalam rekaman dengan topik “Ancaman Seks Bebas di Kalangan Remaja” malam itu, penonton tersebut bukan penonton yang diundang langsung oleh Tim KA, melainkan penonton yang diundang oleh Ibu Elly Risman, salah satu narasumber kami saat itu.

Selama ini kepada setiap penonton KA yang akan hadir dalam rekaman, kami selalu menyampaikan lebih dulu topik yang akan diangkat, siapa saja narasumber, dan apa tujuan diangkatnya topik tersebut. Hal ini sudah kami lakukan hampir lima tahun sebagai aturan baku guna menghindari kesalahpahaman. Artinya jika ada yang kurang sreg dengan topik yang diangkat, maka dia bisa membatalkan kehadirannya. Hal itu juga dilakukan untuk menghindari adanya anak-anak yang dibawa orangtuanya untuk menonton topik yang tidak tepat.

Dalam konteks ini, mungkin penonton tersebut tidak mendapat gambaran yang jelas atau utuh tentang topik dan tujuan diangkatnya topik tersebut. Pada hari itu. Hal ini diperkuat dari pengakuannya di blog, bahwa dia hadir tanpa direncanakan, melainkan atas desakan Ibu Elly.

Pada rekaman malam itu, pengamanan bahkan lebih kami perketat dengan membatasi hanya mahasiswa dan orang dewasa yang boleh hadir di studio. Remaja SMA ke bawah dilarang. Komitmen tersebut dijalankan dengan baik malam itu.

KEDUA, pada setiap topik kami bagi dalam enam segmen. Setiap segmen berisi pesannya masing-masing. Biasanya konklusi atau pesan moral yang akan disampaikan, diutarakan di segmen lima dan enam. Segmen awal biasanya untuk mengungkapkan fakta-fakta.

KETIGA, pada saat segmen tiga berakhir, dimana saat itu narasumber yang tampil adalah remaja pria (19 tahun) yang terjerumus dalam seks bebas dan bahkan seks komersial, tiba-tiba Ibu Dewi Motik yang hadir sebagai penonton yang diundang oleh Ibu Elly Risman melakukan interupsi. Dia mengatakan dia dizolimi dengan kehadiran anak remaja tersebut sembari menegaskan dia datang ke acara KA untuk mendengarkan Ibu Elly, bukan mendengarkan pernyataan narsum tersebut.

Karena Ibu Dewi Motik (yang datang terlambat) berkali-kali menyatakan dia telah dizolimi, maka saya mempersilakan Ibu Dewi untuk meninggalkan studio jika dia merasa tidak nyaman dengan narsum yang sedang saya wawancarai.

KEEMPAT, Ibu Dewi Motik meninggalkan Studio. Lalu tiba-tiba seorang penonton berdiri dan dengan suara lantang menyatakan hal yang sama dengan Ibu Dewi Motik. Dia mengatakan datang ke studio untuk mendengarkan Ibu Elly dan bukan untuk mendengarkan “bualan” remaja tersebut. Kepada penonton tersebut saya menjelaskan agar dalam mengikuti rekaman malam itu sebaiknya melihatnya secara utuh, jangan sepotong-sepotong, agar bisa dipahami. Sebab saat itu rekaman baru berjalan tiga segmen dari enam segmen.

KELIMA, Saya melihat penonton tersebut tetap menunjukkan raut wajah tak senang. Dalam waktu yang terbatas tentu saya tidak bisa menjelaskan secara detail, mengingat saya juga harus memperhatikan kepentingan 500-an penonton lain yang tentu ingin rekaman berjalan lancar dan tepat waktu. Maka, kepada penonton tersebut saya mengatakan jika dia merasa terganggu silakan meninggalkan studio.

KEENAM, saya baru mengetahui begitu banyaknya “dosa” saya di mata penonton tersebut setelah saya membaca tulisannya di blog. Pada saat ybs protes, yang dia persoalkan adalah mengapa Ibu Elly Risman, sahabat beliau, tidak duduk di atas panggung tetapi hanya dijadikan “aksesoris” dengan duduk di antara penonton.

Tanpa sadar, ybs telah merendahkan Ibu Elly dengan pernyataannya tersebut. Seakan Ibu Elly begitu naif untuk mau dipajang sebagai “aksesoris” dalam acara KA, mengingat prestasi dan kepakaran beliau yang sudah kita kenal selama ini. Penonton tersebut juga menyesalkan mengapa Ibu Elly hanya didudukan di kursi penonton dan cuma ditanya singkat.

Kesimpulan yang tentu terlalu dini, mengingat acara baru berjalan tiga segmen dari enam segmen yang direncanakan. Dalam rundown yang kami siapkan, Ibu Elly sudah diplot untuk berbicara di tiga segmen (2, 4, dan 6). Hal ini juga sudah diketahui dan disetujui oleh Ibu Elly, bahkan dalam briefing sebelum rekaman, poin-poin apa yang akan disampaikan pada setiap segmen sudah didiskusikan dengan Ibu Elly. Termasuk tempat duduk Ibu Elly diantara penonton. Soal format tempat duduk bagi narsum ahli diantara penonton, sudah lima tahun lamanya dilakukan di KA. Saya mencoba memahami mungkin penonton tersebut belum pernah menonton KA sehingga tidak mengetahui format ini. Atau mungkin terlalu bersemangat mendukung Ibu Elly.

Pada saat penonton tersebut protes soal ini, Ibu Elly baru berbicara satu segmen. Saya hanya tersenyum membaca tulisan ybs di blognya bahwa setelah dia protes, baru Ibu Elly kami beri porsi bicara cukup banyak. Ibu Elly tentu bisa menjelaskan hal ini karena beliau mengetahui bahwa sejak awal beliau memang sudah diplot untuk tiga segmen. Ini jumlah yang banyak mengingat biasanya pakar yang tampil di KA mendapat porsi dua segmen saja. Karena penonton tersebut katanya juga seorang broadcaster yangpernah belajar televisi di Amerika, tentunya juga paham bagaimana sebuah rundown acara televisi disiapkan.

KETUJUH, penonton tersebut juga mengaku tidak sudi diperintah untuk tepuk tangan bagi sesuatu yang menurut dia harusnya ditangisi. Jujur saya baru tahu soal tepuk tangan ini menjadi persoalan dari tulisan ybs di blognya. Pada saat di studio, masalah ini sama sekali tidak diucapkan sebagai alasan keberatan.

Jika saja ybs tidak emosional dan mengikuti rekaman dengan kepala dingin dan berpikiran positif, maka dia dapat memahami tujuan tepuk tangan. Selama ini tepuk tangan di KA biasanya diberikan ketika narasumber memberikan pernyataan yang perlu mendapat penghargaan atau dukungan.

Dalam konteks rekaman malam itu, di ujung segmen remaja putri yang jadi narsum mengatakan dia menyesali apa yang sudah terjadi pada dirinya dan dia berjanji untuk meneruskan sekolahnya guna menggapai cita-citanya. Begitu pula halnya remaja putra yang jadi narsum, ketika ditanya oleh Ibu Elly apakah dia menyesali perbuatannya, maka dia menyatakan menyesal. Di situlah peran tepuk tangan diletakkan pada konteksnya. Jadi, pernyataan penonton tersebut mengatakan “mengapa dia harus bertepuk tangan untuk berita yang kami tangisi”, mungkin perlu diletakkan secara proporsional.

KEDELAPAN, dalam blognya, penonton tersebut mengatakan dia “Saya juga meminta Andy untuk lebih memberi ruang kepada Ibu Elly sebagai peringatan kepada masyarakat, terutama kepada anak-anak, agar tidak melakukan kesalahan yang sama”. Perlu saya tegaskan, dalam rekaman yang saya coba putar kembali, pernyataan semacam itu tidak ada sama sekali. Waktu itu semua berjalan sangat cepat. Yang ada hanya ucapan lantang penonton tersebut bahwa dia ke studio untuk mendengarkan Ibu Elly, bukan mendengarkan pernyataan (dalam blognya disebut “bualan”) narsum remaja putra tersebut. Jadi sebaiknya jangan ada dusta diantara kita (hehehe maaf menyitir syair lagu).

KESEMBILAN, penonton tersebut menuduh “semua pertanyaan2 hanya memancing jawaban yang seolah-olah memberikan pesan bahwa Seks bebas adalah sesuatu yang lumrah bagi remaja.” Untuk tuduhan ini, biarlah masyarakat penonton nanti yang menilai pada saat acara ini ditayangkan.

KESEPULUH, penonton tadi menuduh KA tidak melindungi kedua narsum remaja tersebut. Sekadar info, ini bukan pertama kali KA menghadirkan narsum yang identitasnya harus kami rahasiakan. Untuk kedua remaja itu, pengamanan yang kami lakukan bahkan berlapis. Pertama, sebelum meminta kesediaan mereka untuk menjadi narsum, kami menjelaskan kpd mereka tujuan dari topik yg hendak diangkat. Kedua, meminta persetujuan mereka. Ketiga, menyamarkan wajah mereka dengan topeng dan rambut palsu. Keempat, menggunakan nama samaran. Kelima, dalam post production, sebelum ditayangkan, suara narsum akan disamarkan juga.

Masalah nama. Sebelum rekaman kedua narsum setuju menggunakan nama samaran mereka sendiri, yang mereka pakai saat menjalankan profesi sebagai pekerja seks komersial. Namun menjelang rekaman, atas inisiatif saya, saya meminta kepada Tim KA agar nama samaran itu disamarkan lagi dengan panggilan “Bunga” dan “Justin”.

Karena keterbatasan waktu utk mengubahnya saat itu juga, maka Tim KA akan mengubahnya pada saat post production, sebelum ditayangkan. Karena itu, pada saat rekaman, narasi di video tape masih menggunakan nama lama (yang sebenarnya nama samaran juga). Begitu pula ada ucapan narsum dan saya yang keceplosan menyebut nama samaran yang lama.

Sebenarnya jika toh ,diteruskan tidak berisiko. Tapi, kepada penonton yang hadir, saya meminta agar mereka mengabaikan nama yang keceplosan itu, karena dalam penayangan di televisi kami akan memakai nama “Bunga” dan “Justin”

Bahkan untuk meyakinkan niat baik itu, saya bertanya kepada seluruh penonton, “Siapa nama narsum?” Lalu dijawab dengan lantang dan serentak: “Bungaaaa”! dan “Justiiiiin”!. Secara tidak langsung, saya ingin agar diantara kami yang hadir di studio, ada kesepakatan bahwa soal nama menjadi rahasia bersama. Dan saya yakin komitmen ini akan dijaga oleh para penonton yang hadir. Kalaupun ada yang ingkar, maka nama yang keceplosan itu toh nama samaran.

KESEBELAS, masih soal keamanan narsum. Penonton yang marah dan kecewa tersebut masih menuduh saya tidak melindungi narsum karena dia memergoki narsum tadi di depan pintu saat menunggu mobil untuk diantar pulang. Saya berterima kasih atas masukan ini. Lain kali kami lebih berhati-hati, karena bisa saja kami sudah merasa aman, karena penonton semua sudah berada di studio, tapi ternyata ada penonton yang tiba-tiba keluar studio sebelum rekaman usai sebagaimana Ibu Dewi Motik dan penonton tersebut. Ini kejadian di luar perkiraan. Sekali lagi terima kasih atas masukannya.

KEDUABELAS, mengenai joke atau lelucon saya yang dianggap tidak pantas. Saya minta maaf jika itupun tidak berkenan di hati ybs. Dari pengalaman saya sebagai jurnalis selama hampir 30 tahun, tidak mudah membuat narsum (terutama untuk topik yang sensitif atau sulit) merasa rileks untuk menjawab pertanyaan saya.

Karena kabarnya penonton yang kecewa tersebut juga seorang jurnalis, maka tentu ybs sangat memahami hal ini. Saya harus mampu mencairkan suasana agar kedua remaja menjadi santai dan tidak merasa dihakimi di depan penonton. Untuk itu saya melontarkan candaan yang tentu tidak dimaksudkan untuk menghina atau menyakiti hati mereka. Sebab jika penonton yang kecewa tersebut mengikuti dengan seksama perjalanan KA selama hampir lima tahun, maka tentu prasangka itu tidak akan dilontarkan. Tetapi jika itupun salah di mata ybs, ijinkan saya meminta maaf.

KETIGABELAS, penonton tersebut mengatakan KA megangkat topik tersebut “hanya semata-mata mengikuti selera pasar”. Perlu saya jelaskan, topik itu berangkat dari pertemuan Tim KA dan Ibu Elly Risman yang datang ke Metro TV bersama sejumlah pengurus Yayasan Kita dan Buah Hati. Dalam pertemuan itu Ibu Elly menyampaikan kerisauannya atas semakin merebaknya pornografi di kalangan anak-anak dan remaja. Ibu Elly mengharapkan dukungan KA untuk memerangi pornografi di kalangan anak dan remaja.

Gerakan semacam itu sangat sejalan dengan “roh” KA. Maka dari pertemuan itu, lahir komitmen antara tim KA dan Tim Yayasan Kita dan Buah Hati untuk bersama-sama melakukan gerakan perlawanan terhadap pornografi, terutama di kalangan anak-anak dan remaja. Bahkan dalam pertemuan tersebut saya berjanji akan membantu mencarikan dana dan bersama-sama melakukan penyuluhan kepada orangtua murid dan guru di sekolah-sekolah (bahkan KA Foundation sdh mempersiapkan dua tenaga fulltime yang kami rekrut untuk mendukung komitmen tersebut).

Sebagai wujud awal dari komitmen itu, Tim KA lalu melakukan riset untuk mengangkat topik tersebut di KA. Hasil temuan kami, Komnas Anak dan BKKBN baru-baru ini mengeluarkan hasil riset yang mengejutkan: terjadi peningkatan jumlah remaja yang sudah mengakses pornografi pada usia dini. Juga meningkatnya remaja yang melakukan hubungan seks pra nikah. Komnas anak juga menengarai kecenderungan jumlah remaja yang sudah tidak perawan. (Hasil temuan kedua lembaga tersebut sudah dipublikasikan secara luas).

Jadi, dasar diangkatnya topik ini bukan mengikuti “selera pasar”, tapi justru bertujuan mengingatkan para orangtua terhadap ancaman seks bebas pra nikah di kalangan remaja. Tidak terbatas pada remaja putri, tapi juga remaja pria. Karena itu kami juga menampilkan narsum remaja pria juga. Sayang ybs sudah keburu marah dan menghakimi, padahal pada segmen berikutnya ada juga narsum anak dan ibu yang kami tampilkan.

KEEMPATBELAS, dalam wawancara dengan narsum remaja putri, remaja ini menyebutkan ada anggota dua lembaga terhormat yang juga menggunakan jasanya. Pernyataan itu tentu mengejutkan. Saya mempertanyakan dari mana dia yakin bahwa orang-orang tersebut dari kedua lembaga itu. Dia menjawab dari kartu anggota mereka. Saya lalu menimpali bahwa kartu anggota tidak bisa dijadikan bukti karena mudah dipalsukan.

Dalam wawancara, saya selalu mencoba menggali informasi selengkap mungkin. Tapi dalam penayangannya nanti, tentu tidak semua patut atau layak ditayangkan. Ada banyak hal yang akan jadi pertimbangan. Termasuk nama kedua lembaga yang disebut oleh narsum remaja tersebut tentu tidak akan kami tayangkan karena tidak ada relevansinya dengan topik. Namun sangat disayangkan penonton tersebut dalam blognya secara terbuka menyebutkan kedua lembaga tersebut di ranah publik. Jadi, itu di luar tanggung jawab moral kami jika nama kedua lembaga itu sekarang ini diketahui publik secara luas.

KELIMABELAS, pada malam itu, ada penonton dari Yayasan Kita dan Buah Hati mengusulkan (dengan cara yang santun) agar pada waktu ditayangkan nanti, jumlah penghasilan para narsum itu diedit (dihapus), dengan alasan agar tidak mendorong remaja-remaja lain untuk mendapatkan uang dengan cara itu. Dalam rapat evaluasi (sesudah rekaman kami selalu mengadakan evaluasi), usulan itu disetujui. Artinya jumlah penghasilan kedua remaja itu tidak kami tayangkan. Namun lagi-lagi sangat disayangkan di dalam blognya, penonton yang marah dan kecewa tersebut justru secara terbuka mengungkapkan penghasilan kedua remaja tersebut.

Jika ybs benar adalah jurnalis dan broadcaster, tentu memahami cara kerja orang pers/media dimana materi yang kita peroleh dalam wawancara, tidak semuanya patut dipublikasikan. Ada proses editing dan pertimbangan yang harus dilalui. Begitu pula halnya di dalam kebijakan program KA.

KEENAMBELAS, dalam tulisan di blognya, ybs melakukan sejumlah penilaian terhadap saya pribadi. Antara lain saya dituduh karena sudah merasa hebat, tidak siap dikritik/diingatkan. Juga dia mengatakan saya merasa hebat karena sudah menghina dan melecehkan orang lain. Saya juga dikatakan konyol dan secara tidak langsung tidak beradab (karena ucapan-ucapan saya katanya telah melukai orang-orang beragama dan beradab). Untuk yang ini saya enggan berkomentar. Biarlah masyarakat yang menilai.

KETUJUHBELAS, penonton tersebut mengaitkan wawancara saya dengan upaya Metro TV untuk mencoreng wibawa pemerintah. Karena saya tidak memahami korelasinya dan tidak berhak mengatasnamakan Metro TV, maka saya mohon maaf tidak bisa menjawab tuduhan ini. Saya hanya bisa berharap dan berdoa Metro TV tidak menggugat ybs secara hukum atas tuduhan ini karena ybs harus bisa membuktikan tuduhan tersebut.

KEDELAPANBELAS, dalam tulisan di blognya, penonton tersebut mengutip SMS yang dikirim Ibu Elly Risman kepadanya, untuk mendukung semua argumentasi yang dia lontarkan di blognya. Saya sudah bertemu Ibu Elly Jumat malam di Citos, untuk mengklarifikasi SMS tersebut. Sebab bagi saya penting sekali karena Ibu Elly adalah narsum di acara itu yang kredibilitasnya harus saya jaga. Kepada saya dan Tim KA, malam itu Ibu Elly mengaku sudah menyatakan keberatan dan kekecewaannya kepada sahabatnya itu, bahwa pernyataan yang bersifat pribadi (melalui SMS) dikutip untuk memperkuat argumentasi ybs, dan dipublikasikan di ruang publik (melalui blog ybs). Suatu tindakan yang tentu tidak terpuji.

Dalam pertemuan malam itu Ibu Elly juga menceritakan banyak hal dan juga latar belakang dan penyesalannya. Tetapi tentu tidak dapat saya sampaikan di sini, kepada publik, karena saya menghormati privasi orang.

KESEMBILANBELAS, dalam blognya, nama saya ditulis oleh ybs memakai dua versi. Andi F. Noya dan Andy F. Noya. Agar tidak membingungkan, nama yang diberikan orangtua saya yang benar adalah Andy F. Noya.

KEDUAPULUH, dari semua kejadian ini, saya mengambil hikmah yang positif. Pertama, jangan berpikir semua orang yang hadir di KA sudah memahami “roh” KA. Kedua, bagi yang bukan undangan langsung dari Tim KA, tetap perlu diberi informasi tentang tujuan topik yang sedang direkam. Ketiga, jangan “mengusir” orang yang mengganggu acara rekaman KA, walau harus mengorbankan kepentingan 500-an penonton lain di studio. Keempat, saya belajar kalau melihat suatu persoalan, sebaiknya secara utuh baru mengambil kesimpulan. Kelima, saya belajar untuk tidak menulis perasaan saya ketika saya marah. Kelima, dan ini yang paling penting, saya belajar jangan menilai kepribadian orang yang tidak saya kenal sebelumnya, hanya dengan bertemu kurang dari satu jam.

KEDUAPULUHSATU penonton tersebut mengatakan acara molor 2 jam. Mungkin ini pertama kali ybs hadir di acara rekaman KA. Sekadar informasi, sudah lima tahun tatacara rekaman KA ya seperti itu. Tamu mulai berdatangan jam 5 sore. Karena sebagian besar dari luar kota. Sambil beristirahat menunggu rekaman dimulai, tamu akan disuguhi jajanan dan minuman, sembari mendengarkan alunan musik dari band yang sengaja kami undang untuk menghibur. Setengah jam sebelum rekaman dimulai, penonton masuk studio. Sambil menunggu penonton menempati bangku dan persiapan narsum, penonton dihibur oleh band yang berbeda. Kemudian semua hadirin di studio bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya (tradisi ini sudah berjalan tiga tahun lebih). Setelah itu, host (Andy F Noya) akan menjelaskan topik dan pesan moral yang ingin disampaikan. Setelah itu rekaman dimulai.

Demikian penjelasan versi saya atas peristiwa “pengusiran” yang terjadi di acara rekaman KA agar Anda mendapatkan gambaran yang lebih utuh. Saya dan Tim KA juga mencoba melihat persoalan ini dari sisi positif, yakni agar kami lebih berhati-hati di kemudian hari.

Salam,
Andy F. Noya


nach, analisis saya sich dalam suatu tontonan TV itu sutradara mendesain sekreatif mungkin acara sehingga membuat acara seakan dibungkus secara beda. Seperti sampah :D bila dibungkus dengan suatu yang menarik akan lebih bersifat menarik. Dalam sutradara Kick andy tentu membungkus acara yang mertema "ngesek-ngesek" lebih ada suatu yang beda.

Saya juga pernah ikut seminar dengan tema addicktif sexualitas. Ada narasumber dari PSK juga namanya JOKO :P ( gak ya, namanya bunga) Pembicaranya menanyai si bunga tetapi beda dengan pembicaraan yang  mungkin gak ada suatu bayolan.

Kesimpulannya
Share:

2 comments:

  1. kekurangannya satu: sumbernya mna? hehe, lebih membantu kalo ada sumbeernya, :D
    so far, nais postingan, ahahay

    ReplyDelete
  2. thankyu mbak ntutt..
    itu saya hanya asal menulis, masih kurang...
    terima kasih kritikannya mbak
    postingan selanjutnya pasti ada sumbernya, walaupun saya bilang sumbernya dari google.. :D
    tapi pasti saya kasih sumber..

    keep our postly !! B|

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkomentar :D